Tas Tenteng Merah Jambu

Di tas tenteng merah jambu, kutitipkan sebuah kabar masa depan untukmu. Mungkin engkau akan sesak membacanya, jadi silahkan duduk terlebih dahulu. Teguklah kopi tanpa gula yang biasa kubuatkan kala itu. 

Di tas tenteng merah jambu, tak lupa kulampirkan sebuah buku serta kecup syukur. Kau ingat sampul coklat itu kanda? Kita menandai satu halaman dengan sekuntum mawar merekah. Tak terucap satu kata darimu pagi itu, tapi aku tak perlu tahu. Akankah kita kan rindukan sunyi itu kanda? Saat senyum menjadi satu-satunya penghubung?
Kanda, entah berapa purnama tlah berlalu, engkau tak kunjung tepati janjimu. Pun diriku. Bukankah sudah cukup kita saling menjaga dengan absennya aksara? 
Kanda, aku tak lupakan hari itu. Saat engkau titipkan sebuah buku beserta hatimu. Aku berjanji akan menunggu, walau dalam ketiadaan kata, jua kabar. Ucap terakhirmu adalah pengangguhan sumpah, “Aku akan kembali.”
Nyatanya, janji memang tidak semudah itu. Tenanglah, aku mengerti. Berpuluh purnama mengajarkanku, hati manusia memang tidak setia tabah. 
Di tas tenteng merah jambu, kukembalikan hatimu, jua sebuah buku. Rasakanlah cinta, kanda. Menualah bersama. Siapapun dia.

Di tas tenteng merah jambu, kutitipkan kabar masa depan untukmu.

Dan di tas tenteng merah jambu, engkau kan tahu, tak ada lagi purnama untukmu.

Author: Febrievadeni

Namanya Eva. Penggila buku dan sesuatu rasa vanilla. Terkadang menulis puisi, cerpen, impresi, make up, dan resep. Enjoy!

Leave a comment